
Kalau lo ngikutin Premier League dalam 5 tahun terakhir, pasti familiar sama bek berambut gondrong yang mainnya meledak-ledak, nggak takut duel, dan punya kecepatan yang bikin banyak striker frustrasi. Yup, lo lagi mikirin Çağlar Söyüncü.
Dari pemain muda yang gak banyak dikenal jadi starter di Leicester City dan masuk Team of the Season Premier League, sampai sekarang berjuang buat balik ke top form — karier Söyüncü tuh bener-bener roller coaster. Tapi satu hal yang konsisten: dia selalu tampil all-out, seolah setiap tekel itu urusan hidup dan mati.
Yuk kita bahas bareng, siapa sebenarnya bek dengan aura gladiator ini dan kenapa dunia sepak bola perlu ngasih dia respek lebih dari sekadar statistik.
Awal Karier: Dari Izmir ke Bundesliga, Jalan yang Nggak Biasa
Çağlar Söyüncü lahir di Izmir, Turki, pada 23 Mei 1996. Sebagai anak muda yang lahir di kota pelabuhan ini, dia bukan tipe pemain yang lahir di akademi elite. Dia mulai dari level bawah banget — klub lokal bernama Altınordu, yang dikenal fokus sama pengembangan pemain muda domestik.
Altınordu ini bisa dibilang hidden gem-nya sepak bola Turki. Mereka nggak main di level atas, tapi sering jadi batu loncatan buat talenta muda. Di sanalah Söyüncü mulai dikenal sebagai bek muda yang beringas, cepat, dan berani duel satu lawan satu.
Tahun 2016, di usia 20 tahun, dia bikin langkah besar dengan pindah ke Bundesliga bareng klub SC Freiburg. Banyak yang ngira dia bakal kesulitan adaptasi. Tapi ternyata, dia malah langsung nyetel.
SC Freiburg: Adaptasi Cepat di Liga Jerman
Bundesliga bukan tempat yang gampang buat pemain bertahan muda. Tapi Söyüncü langsung nunjukin bahwa dia punya kombinasi yang jarang: fisik kuat, cepat, dan jago duel udara, tapi juga punya skill distribusi bola yang underrated.
Dia main dua musim bareng Freiburg (2016–2018), dan meskipun kadang bikin blunder kecil, potensinya jelas kelihatan. Dia masih kasar secara posisi, tapi agresivitas dan timing tekel-nya bikin pelatih dan pencari bakat mulai melirik.
Dan seperti banyak pemain muda potensial, akhirnya datang juga tawaran dari Inggris.
Pindah ke Leicester City: Era Baru, Tanggung Jawab Baru
Di musim panas 2018, Leicester City resmi beli Söyüncü dari Freiburg dengan harga sekitar £19 juta. Sebuah investasi besar buat klub sekelas Leicester, apalagi untuk seorang bek muda Turki yang belum sepenuhnya terbukti di level top.
Awalnya dia nggak langsung jadi starter. Tapi ketika Harry Maguire cabut ke Manchester United, pintu terbuka lebar buat Söyüncü. Dan dia langsung ngebut.
Musim 2019/2020 jadi breakthrough season buat dia. Bareng Jonny Evans di lini belakang, Söyüncü jadi salah satu alasan kenapa Leicester bisa bersaing di papan atas. Dia agresif, sigap, dan punya aura “tembok kokoh” yang nyusahin banyak striker top.
Dia bahkan masuk Premier League Team of the Season versi PFA — bukan hal remeh buat pemain yang baru musim itu jadi starter penuh.
Gaya Main: Defender Gladiator, Tapi Nggak Asal Bentur
Buat yang belum pernah nonton dia main, bayangin gabungan antara:
- Agresifnya Pepe
- Keberanian duel ala Sergio Ramos
- Plus mentalitas pantang mundur ala Chiellini
Dia bukan tipe defender halus. Söyüncü main keras, suka body charge, dan gak takut duel udara. Tapi di balik itu semua, dia juga punya ball-playing skill yang lumayan. Kadang dia bawa bola maju sendiri dari belakang, nyari celah buat umpan vertikal.
Tapi ya, kayak banyak bek yang agresif, kadang dia overcommit. Satu lawan satu dia pede, tapi positioning-nya kadang bisa kacau kalau terlalu maju. High risk, high reward.
Cedera dan Penurunan Performa
Setelah musim gemilang 2019/20, ekspektasi ke Söyüncü naik banget. Tapi seperti banyak pemain lain, cedera jadi batu sandungan.
Musim-musim berikutnya dia mulai sering absen karena masalah hamstring, dan ketika dia balik, performanya gak se-stabil sebelumnya. Ditambah lagi Leicester mulai goyang secara tim, dan kedatangan pemain baru bikin posisinya gak lagi aman.
Fans mulai frustrasi karena penurunan performanya cukup drastis. Tapi buat yang ngikutin kariernya dari awal, ini bukan soal skill menurun, tapi soal kehilangan ritme main karena cedera dan rotasi yang gak konsisten.
Pindah ke Atlético Madrid: Ujian Baru di La Liga
Di 2023, Söyüncü akhirnya pisah jalan dengan Leicester dan pindah ke Atlético Madrid — klub yang dikenal dengan pertahanan solid ala Diego Simeone.
Secara teori, ini harusnya cocok. Söyüncü adalah bek yang suka duel, dan gaya bertahan Atlético sangat mengandalkan struktur dan fisik. Tapi adaptasi ternyata gak semulus harapan.
Dia kesulitan masuk ke starting XI reguler. Simeone lebih suka bek yang udah lama di sistemnya. Söyüncü cuma main beberapa kali, dan rumor pinjaman mulai bermunculan.
Dipinjamkan ke Fenerbahçe: Pulang Demi Reboot
Musim 2024, Söyüncü dipinjamkan ke Fenerbahçe, salah satu klub terbesar di Turki. Ini semacam reboot moment buat dia. Dia balik ke kampung halaman sepak bola, tapi bukan buat pensiun — buat bangkit.
Di Fener, dia dapet kepercayaan, dan mulai nunjukin lagi versi lamanya: duel keras, blok penting, dan semangat juang yang khas.
Buat fans Turki, ini momen spesial. Karena Söyüncü bukan cuma “bek Eropa yang pulang”, tapi simbol generasi baru bek tangguh yang bisa mewakili Turki di level tertinggi.
Tim Nasional Turki: Pilar di Era Baru
Sejak debut di timnas pada 2016, Söyüncü udah ngumpulin puluhan caps. Dia jadi starter di beberapa ajang besar, termasuk EURO 2020 dan kualifikasi Piala Dunia.
Dia bukan kapten, tapi selalu jadi leader natural di lini belakang. Gaya mainnya yang keras dan emosional sangat cocok dengan semangat nasionalis tim Turki.
Dan meskipun timnas Turki belum sepenuhnya stabil, kehadiran pemain kayak Söyüncü bikin fans punya harapan bahwa setidaknya lini belakang punya sosok yang bisa diandalkan.
Karakter: Nggak Banyak Bicara, Tapi Main dengan Hati
Kalau lo cari pemain yang aktif di media sosial, sering muncul di iklan, atau punya branding pribadi, Söyüncü bukan orangnya.
Dia low profile tapi selalu total di lapangan. Bener-bener old-school warrior. Kalau kena tekel keras, dia gak minta VAR. Kalau timnya kebobolan, dia nunjuk ke dirinya sendiri dulu sebelum nyalahin orang lain.
Itu yang bikin fans Leicester dulu sayang banget sama dia, dan sekarang fans Fenerbahçe mulai jatuh hati juga.
Penutup: Masih Banyak Waktu untuk Bangkit Lagi
Karier Çağlar Söyüncü tuh bukti bahwa hidup di sepak bola gak selalu linier. Dari pemain muda tanpa nama, jadi bintang Premier League, lalu cedera, turun, dan sekarang mulai bangkit lagi di negaranya sendiri.
Dia belum tua — baru masuk usia prime buat bek tengah. Kalau dia bisa jaga kebugaran dan performa, bukan gak mungkin dia balik lagi ke level top Eropa. Dan bahkan kalaupun enggak, dia udah nunjukin satu hal penting: lo gak harus sempurna buat jadi pemain yang dihormati. Lo cukup main dengan hati dan kasih segalanya di lapangan.